×

AFNA Hidroponik's video: Memaksimalkan Seledri Hidroponik Sistem DFT

@Memaksimalkan Seledri Hidroponik Sistem DFT
Video kali ini tentang bagaimana agar tanaman seledri bisa berkembang dan tumbuh lebih maksimal lagi dengan membesarkan hole pada pipa PVC Chanel : http://www.youtube.com/c/AFNAHidroponik http://www.youtube.com/c/AFNAChanel https://www.youtube.com/channel/UC457zjVCxssxfxOAFizQS_g SELEDRI Seledri (Apium graveolens L.) adalah sayuran daun dan tumbuhan obat yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan. Beberapa negara termasuk Jepang, Cina dan Korea mempergunakan bagian tangkai daun sebagai bahan makanan. Di Indonesia tumbuhan ini diperkenalkan oleh penjajah Belanda dan digunakan daunnya untuk menyedapkan sup atau sebagai lalap. Penggunaan seledri paling lengkap adalah di Eropa: daun, tangkai daun, buah, dan umbinya semua dimanfaatkan. Klasifikasi dan pemerian[sunting | sunting sumber] Seledri telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu sebagai unsur pengobatan dan penyedap masakan. salman Tua telah menuliskannya sejak awal penanggalan modern. Linnaeus mendeskripsikannya pertama kali dalam edisi pertama Species Plantarum. Ia memasukkan seledri dalam suku Umbelliferae, yang sekarang dinamakan Apiaceae (suku adas-adasan). Seledri adalah terna kecil, kurang dari 1m tingginya. Daun tersusun gemuk dengan tangkai pendek. Tangkai ini pada kultivar tertentu dapat sangat besar dan dijual sebagai sayuran terpisah dari emaknya. Batangnya biasanya sangat bantet. Pada kelompok budidaya tertentu membesar membentuk umbi, yang juga dapat dimakan. Bunganya tersusun majemuk berkarang. Buahnya kecil-kecil berwarna coklat gelap. Macam[sunting | sunting sumber] Ada tiga kelompok seledri yang dibudidayakan: Seledri daun atau seledri iris (A. graveolens Kelompok secalinum) yang biasa diambil daunnya dan banyak dipakai di masakan Indonesia. Seledri tangkai (A. graveolens Kelompok dulce) yang tangkai daunnya membesar dan beraroma segar, biasanya dipakai sebagai komponen salad. Seledri umbi (A. graveolens Kelompok rapaceum), yang membentuk umbi di permukaan tanah; biasanya digunakan dalam sup, dibuat semur, atau schnitzel. Umbi ini kaya provitamin A dan K. Kegunaan[sunting | sunting sumber] Seledri adalah tumbuhan serbaguna, terutama sebagai sayuran dan obat-obatan. Sebagai sayuran, daun, tangkai daun, dan umbi sebagai campuran sup. Daun juga dipakai sebagai lalap, atau dipotong kecil-kecil lalu ditaburkan di atas sup bakso, soto, macam-macam sup lainnya, atau juga bubur ayam. Seledri (terutama buahnya) sebagai bahan obat telah disebut-sebut oleh Dioskurides serta Theoprastus dari masa Yunani Klasik dan Romawi sebagai "penyejuk perut". Veleslavin (1596) memperingatkan agar tidak mengonsumsi seledri terlalu banyak karena dapat mengurangi air susu. Seledri disebut-sebut sebagai sayuran anti-hipertensi. Fungsi lainnya adalah sebagai peluruh (diuretika), anti reumatik serta pembangkit nafsu makan (karminativa). Umbinya memliki khasiat yang mirip dengan daun tetapi digunakan pula sebagai afrodisiaka (pembangkit gairah seksual). Namun, seledri berpotensi menimbulkan alergi pada sejumlah orang yang peka. Penderita radang ka'al tidak dianjurkan mengonsumsinya. Aromanya yang khas berasal dari sejumlah komponen mudah menguap dari minyak atsiri yang dikandung[1], paling tinggi pada buahnya yang dikeringkan. Kandungan utamanya adalah butilftalida dan butilidftalida sebagai pembawa aroma utama. Terdapat juga sejumlah flavonoid seperti graveobiosid A (1-2%)dan B (0,1 - 0,7%), serta senyawa golongan fenol. Komponen lainnya apiin, isokuersitrin, furanokumarin, serta isoimperatorin. Kandungan asam lemak utama dalah asam petroselin (40-60%). Daun dan tangkai daun mengandung steroid seperti stigmasterol dan sitosterol. Suatu enzim endonuklease yang disebut Cel1 juga diekstrak dari seledri[2] dan dipakai dalam suatu teknik biologi molekular yang disebut Tilling Referensi[sunting | sunting sumber] ^ Hiller K dan Melzig MF 2007. Die große Enzyklopaedie der Arzneipflanzen und Drogen. Elsevier Spektrum Verlag. Heidelberg. (bagian kandungan bahan) ^ Oleykowsky CA et al. 1998. Nucleic Acid Research 26:4597-4602. Sunting : wikipedia.org

317

66
AFNA Hidroponik
Subscribers
67.2K
Total Post
78
Total Views
3.6M
Avg. Views
72.8K
View Profile
This video was published on 2018-08-22 04:00:08 GMT by @AFNA-Hidroponik on Youtube. AFNA Hidroponik has total 67.2K subscribers on Youtube and has a total of 78 video.This video has received 317 Likes which are lower than the average likes that AFNA Hidroponik gets . @AFNA-Hidroponik receives an average views of 72.8K per video on Youtube.This video has received 66 comments which are lower than the average comments that AFNA Hidroponik gets . Overall the views for this video was lower than the average for the profile.

Other post by @AFNA Hidroponik