×

MAULANA SYAPUTRA's video: PIMPINAN PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR DR KH ABDULLAH SYUKRI ZARKASYI MA MENINGGAL DUNIA

@PIMPINAN PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR |DR KH ABDULLAH SYUKRI ZARKASYI MA MENINGGAL DUNIA
Hari Santri dan Warisan Kyai Hari santri kali ini, 22 Oktober 2020, terasa berbeda. Kami, para santri dan alumni Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, baru saja ditinggal pergi untuk selama-lamanya oleh guru dan kyai kami tercinta, KH Abdullah Syukri Zarkasyi. Tentu, ini merupakan kabar duka yang mendalam bagi kami semua. Namun, sebagai hamba Allah, kami menyadari bahwa ajal, kalau sudah sampai waktunya, tidak ada apa pun atau siapa pun yang bisa menghalanginya. Maka, kami hanya bisa berdoa semoga semua amal ibadah almarhum diterima Allah swt dan ditempatkan di surga-Nya, amin ya rabbal alamin. Bagi saya pribadi, sosok almarhum memiliki relevansi personal dengan proses pembelajaran saya selama menjadi santri Gontor. Saya masuk ke Gontor tahun 1986 setamat Mts/SMP, karena itu, saya diterima di kelas eksperimen -sekarang namanya intensif-- di mana masa belajarnya hanya 4 tahun sehingga selesai tahun 1990. Sementara sebagian besar santri masuk Gontor setamat MI/SD sehingga masa belajarnya 6 tahun. Sebelum masuk Gontor, ada satu kelemahan saya ketika belajar di MI dan Mts. Meski secara akademik nilai-nilai saya tidak buruk, tetapi saya paling lemah kalau misalnya diminta berbicara di depan umum: kaki gemetaran, bicara gagap, keringat bercucuran, mimik muka tidak karuan --ini pernah disampaikan oleh seorang teman-- dan sebagainya. Di Gontor inilah saya menemukan solusinya: muhadlarah atau pidato. Di sini dalam seminggu ada tiga kali waktu muhadlarah dengan tiga bahasa: Indonesia, Arab, dan Inggris. Ini berlaku bagi semua santri, termasuk para santri baru. Kami tidak bisa menolak dengan alasan belum bisa. Mau tidak mau, semuanya harus melakukannya. Bayangkan, baru belajar bahasa Arab: hadza kitabun, hadzihi madrasatun atau bahasa Inggris: it is a book, it is a pencil, kemudian disuruh berpidato dalam kedua bahasa asing tersebut. Apa yang harus dipidatokan? Kata pengurus, "Apa yang kamu pelajari di kelas itulah yang dipidatokan, dan lakukan dengan suara lantang." Alhasil, saat mendapatkan giliran, saya maju ke depan dan berpidato dengan suara lantang: hadza kitabun, hadzihi madrasatun, dan seterusnya. Teman-teman pun bertepuk tangan memberi semangat. Begitulah cara belajar kami berpidato. Secara perlahan-lahan, terbentuklah keberanian untuk berbicara di depan umum. Isi pidato pun lama-lama semakin berkembang dan terkonsep dengan baik. Saya mulai mencari berbagai referensi, khususnya untuk pidato bahasa Arab dan Inggris, agar teks pidato lebih berbobot. Tentang berpidato dalam bahasa Arab inilah saya memiliki pengalaman yang sangat mengesankan. Saat duduk di kelas 6 atau kelas terakhir di pondok, saya mendapatkan giliran untuk menyampaikan khutbah Jum'at dalam bahasa Arab. Tentu saja saya membuat persiapan semaksimal mungkin dengan membuat teks khutbah dari banyak referensi. Sekitar satu jam setelah khutbah saya dipanggil oleh salah seorang ustadz di Komas. Di sini, kalau mendapatkan panggilan dari Komas, para santri langsung deg-degan, ada kesalahan apakah yang telah dilakukan sampai harus dipanggil. Tapi, ternyata pas sampai ke Komas, ustadz bilang ke saya, "Tadi khutbah kamu sangat bagus, saya pinjam ya teksnya." Seketika deg-degan di hati saya hilang berubah jadi kebahagiaan. Nah, berkaitan dengan pidato inilah, almarhum KH Abdullah Syukri Zarkasyi, bagi saya secara pribadi tetapi saya yakin juga bagi para santri lainnya, merupakan sosok teladan. Almarhum adalah seorang orator yang hebat, jelas ini merupakan warisan dari sang ayah, KH Imam Zarkasyi, dan seorang ahli diplomasi yang luar biasa. Siapa pun akan terpukau kalau mendengarkan almarhum berbicara. Maka, meski saya tidak mendapatkan kesempatan untuk bertemu langsung dengan KH Imam Zarkasyi yang meninggal pada 1985, sementara saya masuk 1986, namun saya bersyukur bisa bertemu dengan sang anak yang juga luar biasa, almarhum KH Abdullah Syukri Zarkasyi, sebagai cerminan beliau. Karena itulah, almarhum memiliki relevansi personal dengan proses pembelajaran saya selama nyantri di Gontor. Dan bagi saya, inilah warisan pak kyai yang sangat berharga. Semoga keharuman taman surga telah menyambut almarhum, amin ya mujibassailin. *Nasehat Ayahanda KH Abdullah Syukri Zarkasyi* Orang yang tidak MAU APA-APA, tidak akan MENDAPAT APA-APA, maka ia tidak akan BISA APA-APA, dan akhirnya pun, ia tidak akan JADI APA-APA. (Kh. Abdullah Syukri Zarkasyi) Dalam pandangan saya, seluruh santri dan guru adalah calon pemimpin, maka kami memperlakukan mereka sebagai orang-orang penting, berharga, dan terhormat, bukan lagi sebagai orang biasa, apalagi pembantu atau karyawan. (Kh. Abdullah Syukri Zarkasyi) Pemimpin di Gontor, adalah pendidik, yang setiap saat mengarahkan, memberikan tugas, melatih, mengawal, memberikan tauladan dan mendoakan. (Kh. Abdullah Syukri Zarkasyi) Hanya pejuanglah yang tahu arti sebuah perjuangan, dan hanya orang-orang pentinglah yang tahu arti sebuah kepentingan. (Kh. Abdullah Syukri Zarkasyi) Jakarta, 22 Oktober 2020

41

5
MAULANA SYAPUTRA
Subscribers
9.2K
Total Post
817
Total Views
19.6K
Avg. Views
391.6
View Profile
This video was published on 2020-10-22 04:31:46 GMT by @Maulana-Santuy on Youtube. MAULANA SYAPUTRA has total 9.2K subscribers on Youtube and has a total of 817 video.This video has received 41 Likes which are higher than the average likes that MAULANA SYAPUTRA gets . @Maulana-Santuy receives an average views of 391.6 per video on Youtube.This video has received 5 comments which are higher than the average comments that MAULANA SYAPUTRA gets . Overall the views for this video was lower than the average for the profile.

Other post by @Maulana Santuy