×

Peni Candra Rini's video: An Nahl by Peni Candra Rini Rianto

@An Nahl by Peni Candra Rini & Rianto
An Nahl by @Peni Candra Rini (Composer & Vocalist) with Rianto (Choreography & Dancer) Misteri terbesar dalam kehidupan adalah kehidupan itu sendiri. Sekian tahun, sekian dekade, sekian abad, manusia selalu dilingkupi oleh pertanyaan: “Untuk apakah saya hidup?”. Manusia dianugerahi akal dan pikiran yang membuatnya berbeda dari makhluk lain. Sebagai makhluk paling kompleks, manusia selalu mempertanyakan segala sesuatu tentang kemanusiaannya. Hal yang harus dipikirkan kembali adalah: “Apakah dengan bertanya manusia memperoleh jawaban?” Sekian lama, manusia mungkin tidak menyadari bahwa pertanyaan terbesar yang pernah ada di galaksi ini telah terjawab sejak manusia menyadari keberadaan alam semesta dan keberadaaanya sendiri. Pertanyaan yang besar, melingkupi relung kalbu dan menghantui setiap manusia yang berpikir; “Untuk apakah saya hidup?” bukanlah tanya tanpa jawab. Kekompleksan manusia membuat manusia lupa untuk berpikir sederhana sesederhana kenyataan bahwa “Ya, saya hidup”. Semakin keras manusia berpikir semakin linglunglah ia, semakin banyak manusia bertanya semakin ia lupa. Semakin memaksakan diri semakin ia tahu, takkan ada jawabnya. Sekali manusia membuka mata, melihatlah ia. Berhenti bertanya, belajar berpikir sederhana, dan mulai membuka mata akan mempermudah manusia tidak untuk mengerti, melainkan menerima misteri kehidupan. Misteri besar semesta terbaca pada kehidupan yang sederhana dan terpinggirkan, lepas dari pandang. Kesederhanaan makhluk sederhana sesederhana lebah, telah menjawab. Bukan dengan kata, namun dengan hidupnya. Kesediaan manusia untuk rendah hati, menyadari ketidaktahuannya mengatasi segala ketahuannya, mengingkari kekompleksannya dan memilih kesederhanaan akan membawa manusia pada jawaban akan pertanyaan- pertanyaan besar dalam hidupnya. Pilihan ada pada kita. “Maukah kita melihat hal-hal sederhana di sekitar kita?” Misteri kehidupan yang pertama adalah kuasa manusia, jiwa manusia, dan manusia sebagai yang berjiwa dan berkuasa. Manusia perlu guru, anggeguru marang guru kang bisa digugu lan ditiru. Tengok saja sang lebah, sayap mungilnya misteri ilmu pasti. Kaidah manusia berkoar “Kata guru fisika sayap mungil tipis lemah itu tak akan bisa angkat tubuhnya”. Namun kenyataan berkata “Ketidak mungkinan adalah tidak mungkin”. Memang, kenyataan adalah guru yang arif, yang bajik dari yang bijak. Jika orang pikir kekuatan tak mungkin, apalagi kecepatan. Tengoklah sang lebah, menari melesat bercumbu dengan udara bermain cinta dengan bunga-bunga. Ia melesat cepat, ia kuat, tapi ia tak menyerang. Ia melesat cepat, ia kuat, maka ia melesat lagi lebih cepat lebih kuat. Yang ia cintai dari terbang adalah terbang, yang ia cintai dari bunga adalah bunga, yang ia cintai dari sarangnya adalah sarangnya, yang ia cintai dari ratunya adalah ratunya, yang ia cintai dari hidupnya adalah hidupnya. Justru dalam kelemahan dan kesederhanaan, jiwanya menjadi sempurna. Kesederhanaan menutup pikirannya namun membuka hatinya dan ia melihat kuasa sebagai kuasa. Bukan alat, bukan tujuan. An Nahl adalah bahasa Arab untuk “lebah”. Karya ini merupakan penggambaran filosofi kehidupan lebah. Diyakini dalam ajaran Islam bahwa oleh keelokan dan keunikannya, serta kekuatan dan spiritnya, Allah mengabadikan Lebah ke dalam Al-Quran secara istimewa dalam Surat “An Nahl”. Kekuatan, spirit, serta tanggung jawab atas hidup yang dimiliki lebah inilah inspirasi penyusunan karya yang menampilkan olah vokal solo ini. Kegiatan ini digagas oleh sembilan seniman tari dari seluruh Indonesia, disertai satu orang musisi, dengan nama kelompok Nawa Sangha. Para seniman ini merupakan kolektif seniman lintas generasi. Sebagian merupakan maestro dan penari senior Indonesia, diikuti oleh seniman tari paruh baya serta generasi lebih muda. Mereka memiliki kesamaan dalam proses penciptaan tari yang didasari oleh nilai-nilai dan pakem tari tradisi yang mereka pelajari sejak muda, serta perhatian khusus terhadap ekosistem penciptaan karya tari kekinian di masa sekarang. Karya Bersama: Maria Darmaningsih, Nungki Kusumastuti, Benny Krisnawardi, Didik Nini Thowok, Ni Nyoman Sudewi, Agus Margiyanto, Restu Imansari, Jasmine Okubo, Rianto Ddc Penggagas Program: Maria Darmaningsih Videographer: M Harsya Pambudi Editor : Faizal Music Credit : Composer & Vocal by Peni Candra Rini Production : Yayasan Jagad Sentana Art Record : Jagad Sentana Art Music Production, part of Album Bramara 2010 by Peni Candra Rini Audio Record : Boby Budi Santosa - Jagad Sentana Art

66

35
Peni Candra Rini
Subscribers
7.3K
Total Post
140
Total Views
332.4K
Avg. Views
4.9K
View Profile
This video was published on 2021-01-31 09:30:10 GMT by @Peni-Candra-Rini on Youtube. Peni Candra Rini has total 7.3K subscribers on Youtube and has a total of 140 video.This video has received 66 Likes which are lower than the average likes that Peni Candra Rini gets . @Peni-Candra-Rini receives an average views of 4.9K per video on Youtube.This video has received 35 comments which are lower than the average comments that Peni Candra Rini gets . Overall the views for this video was lower than the average for the profile.Peni Candra Rini #jagadsentanaart #penicandrarini #rianto #musicfordance #voicefordance #composer #songwriter #singer #vocalist #choreographer #choreography #dancer #riantodc #internationalartist #indonesian #collaborations #musicanddance #yayasanjagadsentanaart #musicproduction #healing #danceforhealing #musicforhealing #vocalhealing #voiceforhealing #meditation #contemplation #tethahealing #goodvibes #goodenergy #nawasangha #bhramara #indonesia #budayaindonesia has been used frequently in this Post.

Other post by @Peni Candra Rini