×

SUDUT PANDANG's video: MEMBACA GERAK GERIK PANAS LEWAT KRITIKAN MENGIRING OPO BAHWA JOKOW OTORITER

@MEMBACA GERAK GERIK PANAS❗ LEWAT KRITIKAN "MENGIRING OPO BAHWA JOKOW OTORITER"❓
Dalam wawancara di detik com, JK menyatakan bagaimana mengkritik pemerintah tanpa dipanggil polisi. Sepertinya pernyataan JK ini ingin mengarahkan opini bahwa demokrasi tidak berjalan dengan baik, bahwa orang yang sering mengkritik sering dipolisikan. Bukan begitu yang akan dicerna publik? Pernyataan ini licik, seolah-olah JK tidak paham antara kritik dan menghina atau hoax. Sama halnya tidak bisa membedakan operasi plastik Ratna Sarumpaet dan wajah bonyok karena digebukin. Apa yang terjadi pada pemerintahan kali ini, tidak banyak kritik membangun yang diberikan pihak yang berseberangan, malah cuma nyinyir dan juga sepertinya menghina, apalagi hoax merajalela. Dan kita tahu partai PKS sering memainkan narasi hoax, nyinyir dan fitnah. Tentu kita masih ingat bagaimana pernah Jokowi difitnah bahwa pemerintahannya akan menghapuskan adzan. Orang waras pasti bisa membedakan mana fitnah dan mana kritik. Bisa dimaklumi kalau JK ngomong begitu, dia punya banyak kepentingan bisnis yang perlu support dengan kebijakan yang berpihak pada kepentingannya. Namun kalau tidak terpenuhi, maka narasi-narasi seperti itu di lontarkan. Coba kalau kepentingan bisnisnya terpenuhi, JK adem ayem, enak tenang, bisnis lancar car car.... Sebagian besar politisi melontarkan pendapatnya berdasarkan subjektifitas, atau sesuai kepentingannya. Yang kurang licik meramu bahasa celaan atau fitnah dengan menamakannya sebagai bahasa kritik, akan mudah terjerat pasal-pasal. Contohnya politisi semacam Amien Rais ini termasuk licik, mencela Jokowi dengan sebutan "Pak Lurah", padahal beliau presiden. Karena sakit hati tentu saja hanya celaan yang keluar dari pikirannya. Orang yang benci dan hanya mengeluarkan kata celaan yang diperhalus, akan sulit menyajikan kritikan dan gagasan yang cemerlang. Rocky gerung? Sama saja, orang-orang seperti ini memanfaatkan skill retorika atau pun logika filsafat untuk meramu cacian menjadi bahasa halus agar terhindar dari jeratan hukum. Jika Jokowi pada pemerintahan pusat sering mendapatkan hinaan dan disebutnya kritikan dari para kelompok JK dan kawan-kawannya, tidak demikian halnya dengan Anies. Anies yang jago retorika dan tidak berprestasi hanya sibuk pencitraan, maka yang bereaksi adalah warga atau netizen yang disebut buzzer oleh "tempe". Ini karena Anies tidak dikritik oleh kelompok JK dan kawan-kawannya. Yahh...JK kan pengusung Anies, maka krtikan tidak berlaku buat Anies. Inilah dilema yang akan sulit menemukan titik temu. Karena nampaknya demokrasi dipahami sebagai kepentingan bisa survive di arena pertarungan panggung politik. Demokrasi bagi mereka yang haus kekuasaan dan mengingingkan bisnis raksasanya terus menggurita, adalah topeng yang mengelabui rakyat dalam usahanya menguasai banyak sumber daya di negeri ini. Maka jangan heran opini berseliweran saling bergulat, mungkin opini seperti ini pun sebagai upaya melawan narasi yang mereka lontarkan. Pemerintahan Jokowi butuh kritik yang membangun, bukan celaan, hinaan, fitnah dengan topeng demokrasi. Jadi jelas sebenarnya. Mereka yang tak bisa mengkritik tapi hanya mencela dengan bahasa halus demokrasi, pasti sulit memberikan masukan. Karena di benak mereka adalah kebencian, yang timbul karena kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintahan Jokowi tidak menguntungkannya. Pak JK! tenang saja. Polisi ngak bakalan memanggil orang-orang yang tidak terindikasi melanggar hukum. Polisi hanya memanggil sesuai prosedur. Kalau mengkritik dan sangat membangun serta merupakan masukan yang berharga, tidak mungkin dipanggil polisi lalu diperkarakan. Pak JK sebaiknya mengkritik Anies yang telah menghambur-hamburkan anggaran. Banyak kegiatan yang unfaedah tapi menelan anggaran yang banyak. Kalau Pak JK diam saja, yahh...lagi-lagi kami bisa pahami. Bukan cuma kalimat retorika untuk membungkus fitnah dan celaan, tapi topeng demokrasi dan keadilan kalian gunakan demi kekuasaan saja. So, jangan sok terzolimi, atau merasa paling kritis tapi isinya cuma nyinyiran. SUMBER OPINI SEWORD.com https://seword.com/p/nbSkyagvsU SUDUT PANDANG BERISI VIDEO OPINI BERSUMBER DARI SEWORD.COM, TOLONG BEDAKAN ANTARA BERITA DAN OPINI. JIKA ANDA TIDAK SETUJU DENGAN OPINI INI, SILAKAN KUNJUNGI SEWORD.com ATAU HUBUNGI MELALUI EMAIL SUDUTPANDANGONLINE@GMAIL.COM KIRIM PESAN MELALUI DM INSTAGRAM https://www.instagram.com/sudutpandangopini/ BERBEDA PANDANGAN DALAM POLITIK ADALAH HAL YANG WAJAR, JADI TETAP SANTUY! Copyright Disclaimer : - Under section 107 of the Copyright Act of 1976 - Every Video, Audio, Footage, Image etc in this content under terms of Fair Use, Permitted by Copyright Statute. - Every Content in this Channel for purpose such as Education, News Report, interpretation etc.

492

427
SUDUT PANDANG
Subscribers
1M
Total Post
1.2K
Total Views
13.9M
Avg. Views
31.6K
View Profile
This video was published on 2021-02-13 17:30:30 GMT by @SUDUT-PANDANG on Youtube. SUDUT PANDANG has total 1M subscribers on Youtube and has a total of 1.2K video.This video has received 492 Likes which are higher than the average likes that SUDUT PANDANG gets . @SUDUT-PANDANG receives an average views of 31.6K per video on Youtube.This video has received 427 comments which are higher than the average comments that SUDUT PANDANG gets . Overall the views for this video was lower than the average for the profile.SUDUT PANDANG #jusufkalla #jokowidodo #pemerintahjokowi SUDUT has been used frequently in this Post.

Other post by @SUDUT PANDANG