iCanStudioLive's video: Day 9 : SpaceTraveler - Live at freedomsJazz S18

Elaborasi intergalaksi Space Traveler Space Traveler: jazz trio yang dibentuk oleh Sandy Winarta, Jeko Fauzy dan Ida Bagus Indra Gupta ini secara umum bisa saya klasifikasikan sebagai rilis jazz paling hot di pertengahan tahun 2018 yang terbilang sepi. “Sebenarnya kita ngga pernah sengaja untuk cari sound yang spesifik banget, tapi basically cuma nyamain konsep bermusik, jadi prosesnya berjalan natural aja”. ungkap drummer Sandy Winarta mengenai karakter musik Space Traveler. Upbeat funk ala Head Hunters, fusion modern dengan elaborasi sekuens not dan odd-meters yang dikombinasikan dengan irreguler melodi synth yang berbasis modern jazz – sungguh formula yang tepat dibutuhkan untuk menjaga kewarasan seorang pencinta jazz di Indonesia ini. Black Star melalui kontur melodinya yang relaks dan persuasif, sekilas terdengar mengandung banyak perbedaan kontras antar bagan. Drummer/komponis Sandy Winarta telah mencapai mastery dalam usahanya mengontrol dinamika ini melalui berbagai efek. “Mungkin buat trio ini pada dasarnya kita lagi pingin bermain-main dengan konsep ritmik yang advance, dan bereksperimentasi dengan macam-macam pendekatan odd meters di berbagai jenis time signatures” Space Traveler Strategi ini efektif membuahkan impresi dan efek bunyi yang unik kepada pendengar, “Pada semua lagu yang sekilas kelihatannya ganti-ganti time signatures, sebenarnya ngga. Karena time signaturenya sendiri itu tidak pernah berubah (17/8)”, kata Sandy mengenai contoh eksplorasinya di lagu Hibiki. Sebagian keganjilan birama 17/8 dari Hibiki memang berasal dari pola ostinato dengan grouping 5 not seperenambelas, tapi bukan hanya itu yang menarik perhatian saya. Pendekatan ritmik yang digunakan oleh mereka pada setiap bagian, sengaja dibuat unik dan customise dirancang untuk melodi lagu. “Bagian pertama Hibiki misalnya, pada dasarnya frase dua bar, yang pertama 9/8 dan kedua 8/8. Tapi memang dibagi lagi menjadi 5/16+5/16+5/16+3/16, kemudian di frase kedua itu 5/16+5/16+6/16. Jadi 18/16 ditambah dengan 16/16=34/16. (34/16:2 = 17/8)” Pembagian ini kemudian diacaknya lagi ketika lagu memasuki bagian bridge dengan even 8th feel (8/8 dan 9/8). Bridge dengan pola unison snare dan bass dari Indra Gupta efektif menjadikannya sebuah prelude yang cukup singkat. High octane funk The Hunter and The Scorpion yang menampilkan organis Adra Karim, gitaris Aryz Bulo, dan Kuba Skowronski pada tenor sax merupakan lagu terakhir dari EP pertama Space Traveler. EP yang laiknya masih berupa perkenalan dari total 8 materi utama yang akan ditampilkan pada versi album, yang hingga sekarang masih dalam proses pengerjaan. “Memang 90% lagu di proyek ini termasuk juga materi yang belum direkam, masuk ke dalam kategori eksplorasi odd meters, karena kita lagi mengerjakan bermacam cara untuk membongkar efek kontras dari irreguler rhythmic development dan improvisasi. Tapi EP ini keluar khusus juga karena kita seneng main bareng sama orang-orang ini (guest player)”, sambung Sandy setelah saya menanyakan versi full album Space Traveler. Tidak lama berselang setelah call and respon solo antara gitaris Jeko Fauzy dan Aryz Bulo di lagu terakhir ini, Sandy akhirnya memainkan solo drum penutupan. Sebuah penutupan sementara dari pengantar yang begitu persuasif dan mengesankan. (DJ) Cakram padat Space Traveler bisa didapatkan langsung melalui Sandy Winarta, Jeko Fauzy, dan Ida Bagus Indra Gupta.